Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

03 Agustus, 2008

Mencetak Penulis Perempuan

Para ibu itu sedang asyik memperhatikan sebuah botol minuman ringan dan sebuah gelas. Pena di tangan mereka bergerak-gerak di atas kertas. Mata mereka selang-seling berpindah dari buku di tangan ke minuman ringan dan gelas tersebut. Mereka sedang mendeskripsikan tentang botol air mineral dan gelas itu.

Mereka sedang berpraktek belajar menulis cerpen di Woman Training Centre, Banda Aceh, pertengahan bulan lalu. Mendeskripsikan adalah bagian dari pelatihan menulis cerpen itu. Pelatihan selama tiga hari tersebut diadakan oleh Center for Community Development and Education (CCDE), sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dalam pemberdayaan perempuan.

Menurut Direktur CCDE Tabrani Yunis, dari 40 pelatihan selama setahun, 16 di antaranya adalah pelatihan menulis. Di luar itu, ada pelatihan tentang gender, manajemen usaha, dan komunikasi. Pesertanya berasal dari berbagai kabupaten di Aceh. Pelatihnya datang dari kalangan penulis di Aceh, antara lain Azhari, Reza Indria, dan Tabrani. Sesekali mereka juga mengajak instruktur dari luar Aceh, seperti Jakarta.

Lembaga itu memulai pelatihan menulis untuk perempuan pada 2003. Hingga kini mereka telah melatih sekitar 300 perempuan dalam menulis, baik menulis cerpen, opini, maupun feature. "Itu untuk membangun budaya menulis di kalangan perempuan Aceh," kata Tabrani, yang dikenal sebagai pengamat dan penulis masalah pendidikan.

Tabrani memang gelisah dengan sedikitnya perempuan yang menulis di Aceh. Kegelisahan itu pernah pula ia tuliskan dalam ruang opini di sebuah koran di Aceh. Ia melihat, di ruang opini dan budaya di koran-koran Tanah Rencong itu tak banyak terlihat karya penulis perempuan. Kegelisahan itu dicarikan jawabannya dengan terus mengadakan pelatihan.

Dan ibu-ibu yang usianya beragam, dari remaja sampai nenek-nenek, itu selalu bersemangat mengikuti pelatihan. Tak hanya saat jam belajar, pada waktu istirahat di sela-sela pelatihan pun mereka antusias menemui instruktur untuk bertanya tentang materi pelatihan.

Hasilnya memang mengagumkan. Mereka kemudian bisa menghasilkan tulisan. "Potret memuat 80 persen tulisan dari perempuan," ujar Tabrani, yang juga guru sebuah sekolah menengah atas di Banda Aceh. Potret adalah majalah tentang perempuan yang diterbitkan oleh lembaga swadaya masyarakat itu. Sisanya, tulisan di majalah bertiras 4.000 eksemplar dan beredar di seluruh Aceh itu adalah karya aktivis, akademisi, seniman, dan lain-lain.

Dan kini, sejumlah pelatihan menulis masih akan terus diadakan oleh lembaga itu. Mereka memang bercita-cita mencetak sebanyak-banyaknya penulis perempuan. MUS
(Sumber TEMPO Interaktif)

Tidak ada komentar: