Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

12 Agustus, 2008

Catatan Iyus: terkenang Harry Tjahyono

Selasa, 12 Agustus 2008
Memandang foto-foto Harry Tjahyono di koran Kompas Minggu membuat saya teringat pertemuan pertama saya dengannya di awal tahun 80-an. Seorang muda yang seharusnya sangar, tersenyum, agak membungkuk, berbaju kemeja sederhana putih berjins belel menyambut uluran jabat tangan saya. Wah, ini preman yang seniman, batin saya ketika melihat tatonya. Basa-basi sebentar saya merasa bahwa dia sangat rendah hati. Saat itu saya diperkenalkan oleh Syamsudin NM di Bulungan, tempat minum teh poci.

Ah, sudah lama sekali.

Pertemuan saya yang terakhir ketika saya datang ke kantornya bersama Frans Kowa, mungkin selang lima-enam tahun lalu. Di depan kantornya, pada dinding dekat pintu masuk ada relief las-lasan benda-benda besi tua yang artistik. Frans menerangkan bahwa itu adalah karya Harry Tjahyono. Saya sungguh tertegun dan merasakan betapa senimannya kawan satu ini. Waktu berjabatan tangan kembali saya merasakan bahwa dia masih sangat rendah hati.

Ah, sudah lama juga ini.

Minggu lalu ngobrol kangen-kangenan dengan Syamsudin menyinggung Harry juga. Syam Pelor cerita bahwa Harry di Surabaya, punya proyek yang masih menyangkut seni-senian, mungkin menetap di sana. Kesimpulan dari obrolan adalah bahwa kawan satu ini memang seniman dan masih seniman. Seorang yang rendah hati dan baik hati.

Dan ketika memandang foto-foto Harry Tjahyono di koran Kompas Minggu, pada rubrik "Keluarga, Aku dan Rumahku", saya hampir tak mengenalinya. Saya terpana memandangi foto-foto itu, menyadari bahwa waktu berjalan cepat dan orang menjadi tua dan ...terkenal. Tetapi saya percaya bahwa Harry selalu punya semangat muda, masih seniman yang rendah hati.

Ah.
Salam kangen, Har, dan teruslah berkarya.

Tidak ada komentar: