29 Juli, 2008
Sajak-sajak Salimi Ahmad
SAJAK IBU
1
di jantung ibu, ada kasih yang putih
dan senantiasa putih
walau kita kerap menorehkan warna warna
berulang kali - berulang kali
2
hati seorang ibu bersemayang di batas cakrawala
garisnya membujur tiada berhingga
memberi batas akan sebuah peristiwa
hati seorang ibu bersemayam di batas cakrawala
menjadi petunjuk bagi yang mau memahaminya
yang setia menuntun sukma agar sampai pada yang baka
meski dirinya sendiri ikut terbelah dua
1981
SUNGAI
Sungai
mulutnya lapar mengalir
dalam badan ia menyusup dalam gelisah
ia mewartakan nestapa para darah
ia mengalir lapar dengan mabuk
merambah jalan hari tua
ia merentang sukma matahari luka
ia lebih luka
menahan langit tercinta
mengaliri hujan ke mana-mana
Sungai membiak
menjarah setiap bara
mengangkut setiap sampah kedalaman
tanah musim ihwalnya
ia menderas ngilu menahan kelu
siapa kata ia membisu ?
ia lapar kini
sepanjang hari mencari laut
bahasa
MU
!
1981
KUPERCAYA
kupercaya cinta takkan membunuh
diriku dan dirimu
sebab ia datang bukan karena
panggilan badan
sebab kerinduan telah membangunkan
kehendakku - kehendakmu
dalam penerimaan
demikian getar sukma membilang
terbangkit padamu
menyusup padaku
kupercaya cinta yang membesarkan
diriku dan dirimu
jika pun ia mendekat bukan karena
kewajiban alam
sebab kesadaran akan mengulang
harapanmu - harapanku
menjadi pergaulan
langit dan bumi
senantiasa menghembuskan nafas benih
kau dan aku
mengolahnya lantaran kasih
1983
MELIHAT CERMIN
melihat cermin
aku seperti memandang bayang-bayang
bayang-bayangku sendiri, tentu, jelas terpampang
yang tersentuh tapi tak bisa kusentuh
yang terusap tapi tak bisa kuusap
yang terpegang tapi tak bisa kugenggam
yang demikian dekat tapi sukar sekali kudekap
yang kutahu tapi tak kutahu
bagaimana ia bisa tahu aku
yang memandangiku tapi tak bisa melihatku
yang menyongsongku tapi tak bisa mengambilku
melihat cermin
aku seperti memasuki putaran waktu
tiada henti, tanpa ujung, tapi kutahu
aku akan sampai pada ujung
22-8-1994
KESETIAAN
Kesetiaan ialah
langit yang kita pandang
luas terbentang, yang biru membiru
dan padanya burung-burung
bebas beterbangan mengantar sukma
menjelajah hingga ke batas angkasa
Kesetiaan ialah jagad yang hidup
oleh jiwa penerimaan, ruang di mana
tempat bintang-bintang
berkedip dan kenangan jadi kasih yang
abadi. Ialah air yang gemericik menyejukkan
manakala wajah terusapnya, setiap kali
selalu memberi arti kebahagiaan
Ialah sukma yang membilang
dan padanya kita tenggelam
dalam lautan penuh damai
meski selalu bergelombang
1989/1991
KUHARAP APA
kuharap apa dari sajak? Uang
tak seberapa. Pikiran tambah gila
membongkar kata. Belum tentu
yang membacanya ikut suka
malam-malam
jiwa semakin rontok
dihantam salesma
tubuh tambah ringkih
tercenung lama
mempertimbangkan Kata
mengupas luka. Dan
di batas rasa lelah
harga sajak tetap saja
yang paling rendah
jika pun ada yang tersisa
mungkin gema nurani
yang tak mau mati-mati
walau diguncang inflasi
1994
15
tidakkah rahasia ada dalam dada
yang membangkitkan sukma mengasah
agar wajah bisa berkaca
tidakkah rahasia ada dalam dada
yang tersimpan secara tersembunyi
dan tak seorang pun kan tahu
bila kita sendiri tak
mengaduh
16
di manakah
letak matahari
sesungguhnya ?
perjalanannya, tetap saja
seperti dulu
melintasi Timur dan Barat
jika Timur diberi kecerahan
di hari ini
Barat dalam kegelapan
jika Barat diberi kegemilangan
di hari ini
Timur dalam kesenyapan
jika keduanya cerah benderang
tidakkah ini menyalahi hukum alam ?
jika keduanya cerah benderang
di manakah letak matahari
sesungguhnya?
Timur dan Barat
tak mungkin dapat digabung-gabungkan
meski diguncang isyu global
18
dalam setiap perjalanan
selalu tersimpan cabang cabang jalan
arah mana yang diambil
hendaknya sesuai dengan tujuan
dalam setiap perjalanan
selalu muncul tikungan tikungan
jika ingin aman, patuhi saja
rambu-rambu yang terbentang
kemudikan hati dan pikiran
sesuai yang ditunjukkan
agar diri terhindar
dari kecelakaan dan
masuk jurang
dalam setiap perjalanan
sesungguhnya ada saja yang harus
ditanggungkan
sebab, dalam setiap perjalanan
selalu harus dimunculkan keberanian-keberanian
menempuh segala ancaman
selama gas ditancapkan
34
GRAVITASI
apapun yang kau lemparkan
jatuhnya akan ke bawah
cita-cita yang tumbuh di kepala
dan berjuta kemuliaan yang kau tanam
akhirnya akan berpulang pada
jejak langkah
demikian awal kejadian
yang terbawa padamu
dan kembali kepadamu
tanpa berkurang
sedikit juga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
5 komentar:
Selamat datang di dunia maya, Sal. Semoga kakilangit makin berkibar seperti dulu lagi, ketika masih dalam format cetakan, yang diasuh Adek Alwi, Julius, Hardho Sayoko, Aan K, Lazuardi Adi Sage (alm), juga teman-teman lainnya (sorry, gak bisa disebut satu satu, kepanjangan sih). Eh, gimana tuh kabarnya Pipiet Senja? Salam sama dia ya! Puisi teman-teman yang lain, masuk dong! Kangen nih! Kapan 'Bengkel Sastera Ibukota' kumpul lagi. Undang aku ya.
Salam. Aku Yus. Komentar buat puisi-puisi Sal: "Bagus! Nulis terus, ya", hahaha...
Hasil kangen-kangenan di hari Jumat kemarin (Adek Alwi, Salimi Ahmad, Remmy Novaris D.M. dan aku, Julius Y.) di Galeri Kafe (keren!)maka lahir blog ini.
Penjaga gawangnya Salimi. Sudah unjuk gigi lewat puisi-puisinya yang masih seperti dulu (puisi lama, ya? Gak pa-pa....) Aku juga mau kirim imel puisi lama buat KakilangitHPCP. Salam buat semua teman-teman lama dan mari ramaikan di sini. Salam sastra selalu!
Hihi, ya, ini memang puisi-puisi lama, buat 'mancing' temen2 lainnya nulis 'yang baru' di blog ini.'N semua temen2 juga harus jadi penjaga gawangnya, jangan saya sendiri. Nanti saya kesepian. Saya takut kesepian. Jadi temen2 yang laen juga punya suara panggilan itu. Oke? Kur (Kurniawan Junaedhi, 'Toekang Kebon' itu), Ris (Rismudji Rahardjo) sama Rahadi Zakaria (anggota DPRD di Bandung itu) panggil juga dong! Mari ramaikan ranah sastera Indonesia buat kita belajar lagi. Salam Sastera juga!
Bung Sal sungguh-sungguh "unjuk gigi" dengan fotonya (lebih seram dari aslinya).
Tentang kawan-kawan, masih banyak nama yang belum disebut. Tadi saya menelpon Hardho Sayoko SPB yang di Kedunggalar. Teringat juga Foesha March Esha. Dan Syamsudin Nur Munadi beredar lagi di rumah saya. Masih ada lagi.... ingat-ingat dulu ah.
Oke, panggilin aja semua. Biar rame, biar banjir ini Blog dengan 'kata-kata', tapi gak NATO, maksudnya gitu. He he
Posting Komentar